logo blog

Indonesia Punya 6 Jenis Wayang

TauBanget.com - Siapa yang tidak mengetahui wayang ? kata wayang dulunya merupakan kata yang di adaptasi dari " Bayang  " ini sangat populer di Indonesia. Warisan satu ini sangat di kenal di Indonesia bahkan di seluruh dunia. Shadow Puppet Theatre sebutan untuk wayang versi bahasa Inggris.

Sebagai warga Indonesia kamu harus mengetahui bahwa wayang pernah di berikan penghargaan pada 07 November 2003, UNESCO sebagai Representatif Budaya Tak Benda Warisan Manusia dari Indonesia. Pastinya anda tidak mau kehilangan warisan budaya asli Indonesia ini kan ? Jadi anda harus mengenal beberapa jenis wayang yang ada di Indonesia ini.

6 Jenis Wayang yang ada di Indonesia

 

 1. Wayang Orang

Wayang Orang

Sesuai dengan nama sebutannya, wayang tersebut tidak lagi dipergelarkan dengan memainkan boneka boneka wayang ( wayang kulit yang biasanya terbuat dari bahan kulit kerbau ataupun yang lain ), akan tetapi menampilkan manusia-manusia sebagai pengganti boneka-boneka wayang tersebut.

Mereka memakai pakaian sama seperti hiasan-hiasan yang dipakai pada wayang kulit. Supaya bentuk muka atau bangun muka mereka menyerupai wayang kulit (kalau dilihat dari samping), sering kali pemain wayang orang ini diubah/dihias mukanya dengan tambahan gambar atau lukisan.

Wayang Orang yang diciptakan oleh Sultan Hamangkurat I pada tahun 1731 ini sekarang sudah menjadi populer di kalangan masyarakat dari anak kecil maupun orang tua . 

2.Wayang Kulit

Wayang Kulit

Wayang kulit adalah seni tradisional Indonesia yang terutama berkembang di Jawa. Wayang berasal dari kata 'Ma Hyang' yang artinya menuju kepada roh spiritual, dewa, atau Tuhan Yang Maha Esa. Ada juga yang mengartikan wayang adalah istilah bahasa Jawa yang bermakna 'bayangan', hal ini disebabkan karena penonton juga bisa menonton wayang dari belakang kelir atau hanya bayangannya saja. 

Wayang kulit dimainkan oleh seorang dalang yang juga menjadi narator dialog tokoh-tokoh wayang, dengan diiringi oleh musik gamelan yang dimainkan sekelompok nayaga dan tembang yang dinyanyikan oleh para pesinden. Dalang memainkan wayang kulit di balik kelir, yaitu layar yang terbuat dari kain putih, sementara di belakangnya disorotkan lampu listrik atau lampu minyak (blencong), sehingga para penonton yang berada di sisi lain dari layar dapat melihat bayangan wayang yang jatuh ke kelir. 

Untuk dapat memahami cerita wayang (lakon), penonton harus memiliki pengetahuan akan tokoh-tokoh wayang yang bayangannya tampil di layar. Secara umum wayang mengambil cerita dari naskah Mahabharata dan Ramayana, tetapi tak dibatasi hanya dengan pakem (standard) tersebut, ki dalang bisa juga memainkan lakon carangan (gubahan). Beberapa cerita diambil dari cerita Panji.

Pertunjukan wayang kulit telah diakui oleh UNESCO pada tanggal 7 November 2003, sebagai karya kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan berharga ( Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity ). Wayang kulit lebih populer di Jawa bagian tengah dan timur, sedangkan wayang golek lebih sering dimainkan di Jawa Barat.

3. Wayang Golek

Wayang Golek

Wayang Golek adalah suatu seni tradisional sunda pertunjukan wayang yang terbuat dari boneka kayu, yang terutama sangat populer di wilayah Tanah Pasundan, Daerah penyebarannya terbentang luas dari Cirebon di sebelah timur sampai wilayah Banten di sebelah barat, bahkan di daerah Jawa Tengah yang berbatasan dengan Jawa Barat sering pula dipertunjukkan pergelaran Wayang Golek.

Perkembangan wayang golek pada dari abad 19 hingga abad ke 20 tidak lepas dari para Dalang yang terus mengembangkan seni tradisional ini, salah satunya Ki H. Asep Sunandar Sunarya yang telah memberikan inovasi terhadap wayang golek agar bisa mengikuti perkembangan zaman, salah satu kreativitasnya yaitu si Cepot dimana di tangan beliau kini wayang golek tidak hanya seni yang dikatakan jadul , tapi seni tradisional yang harus dikembangkan di era modern sekarang ini.

4. Wayang Potehi

Masyarakat peranakan Tionghoa telah menjadi bagian tak terpisahkan dari bangsa Indonesia. Kesenian tradisional Tionghoa pun ikut memberi warna dalam budaya nusantara. Persenyawaan unsur budaya asal daratan Cina dengan karakter budaya lokal menghadirkan keunikan tersendiri dalam tradisi yang berkembang dalam masyarakat peranakan Tionghoa di Indonesia. Keunikan ini begitu kental terasa dalam seni pertunjukan tradisional wayang potehi.

Wayang potehi merupakan seni pertunjukan boneka tradisional asal Cina Selatan. “Potehi” berasal dari akar kata “pou” (kain), “te” (kantong), dan “hi” (wayang). Secara harfiah, bermakna wayang yang berbentuk kantong dari kain. Wayang ini dimainkan menggunakan kelima jari. Tiga jari tengah mengendalikan kepala, sementara ibu jari dan kelingking mengendalikan tangan sang wayang.

Diduga, akar dari kesenian wayang potehi telah berkembang selama kurang lebih 3.000 tahun. Bukti-bukti sejarah yang lebih kuat menunjukkan eksistensinya di Tionghoa telah ada sejak Dinasti Jin (265-420 M). Kesenian ini diperkirakan masuk ke nusantara bersama ekspedisi perdagangan sekitar abad ke-16. Seni wayang ini berkembang di berbagai daerah di Indonesia.

Kesenian tradisional ini mengalami pasang dan surut sepanjang perjalanan sejarahnya di bumi Indonesia. Di masa Presiden Soekarno, wayang potehi cukup populer di tengah masyarakat. Tetapi pada awal era Orde Baru, seni wayang ini menghilang dari kehidupan masyarakat. Pada masa itu, wayang potehi hanya dipertunjukkan di kalangan terbatas saja. Kesenian ini mulai menggeliat di tengah semangat kebebasan pada era reformasi. Wayang potehi mulai dipentaskan di berbagai tempat, bahkan merambah ke pusat-pusat perbelanjaan, khususnya saat Tahun Baru

5. Wayang Suket alias Wayang Rumput

Wayang Suket alias Wayang Rumput

Wayang suket merupakan bentuk tiruan dari berbagai figur wayang kulit yang terbuat dari rumput (bahasa Jawa: suket). Wayang suket biasanya dibuat sebagai alat permainan atau penyampaian cerita perwayangan pada anak-anak di desa-desa Jawa.Untuk membuatnya, beberapa helai daun rerumputan dijalin lalu dirangkai (dengan melipat) membentuk figur serupa wayang kulit. Karena bahannya, wayang suket biasanya tidak bertahan lama.

Seniman asal Tegal, Slamet Gundono, dikenal sebagai tokoh yang berusaha mengangkat wayang suket pada tingkat pertunjukan panggung.Bahkan jika menyebut wayang suket, sekarang sudah lekat dengan pertunjukan wayangnya Slamet Gundono lulusan STSI Pedalangan yang kini menetap di Solo. Wayang Suket slamet Gundono, awalnya bermediakan wayang yang terbuat dari suket, namun Slamet Gundono lebih mengandalkan unsur teatrikal dan kekuatan berceritera.

Dalam pementasan wayang suketnya, Slamet Gundono menggunakan beberapa alat musik yang teridiri dari gamelan, alat petik, tiup dan beberapa alat musik tradisi lainnya.Slamet juga dibantu beberapa pengrawit, penari yang merangkap jadi pemain, untuk melengkapi pertunjukannya. Seting panggungnya berubah-ubah sesuai tema yang ditentukan.

Media bertutur Slamet Gundono tidak hanya wayang suket tetapi juga wayang kulit dan kadang memakai dedaunan untuk dijadikan tokoh wayang.Kehebatan bertutur (pendongeng) dalang satu ini sudah tidak diragukan lagi. Banyak kalangan Dalang muda yang memuji kemampuan bertutur Slamet Gundono.

Misalnya Ki Sigit Ariyanto; " Jangkan dengan wayang, dengan pecahan genteng atau serpihan plastik Gundono dapat mendalang dengan baik". Bahkan menurut Ki Bambang Asmoro, dengan media yang ada, Slamet Gundono bisa menuntun penonton ke dalam emajinasi yang lebih dalam, sehingga roh atau esensi wayang sebagai pertunjukan bayangan "wewayanganing aurip" menjadi lebih bermakna dan multi tafsir.

6. Wayang Motekar

Wayang Motekar


Wayang Motekar bukan wayang golek atau wayang kulit karena Wayang Motekar merupakan hasil eksperimentasi yang tidak mengenal henti. Kisah kekinian dan kondisi masyarakat perkotaan yang sangat menarik menjadi sumber ide garapan yang diangkat dalam bentuk alur cerita menarik, penuh intrik dan bodoran.

Seperti saat Wayang Motekar ditampilkan pada acara konferensi pers Festival Wayang Internasional 2013, bertempat di Gedung Indonesia Menggugat (GIM), Senin (9/9) siang. Sang dalang wayang, Sukmana bersama rekan-rekannya memainkan wayang tidak ubahnya sedang bersenda-gurau.

Mengambil cerita, “Si Acung di Alam Jelemun”, dialog wayang yang dimainkan Sukmana acapkali ditimpali rekannya, Suge (instrumen elektrik), Sri Rejeki (sinden), Adi (instrumen elektrik), dan Deden Bulenk (gamelan). Tidak jarang antara Sukmana dan rekan-rekannya muncul bodoran ataupun saling ejek dan terkadang melibatkan rekan-rekan wartawan foto yang tengah mengambil gambar.

Pertunjukan Wayang Motekar Studio Pohaci pimpinan Herry Dim, kali ini merupakan pertunjukan untuk keduakalinya setelah pertengahan Juni lalu di Gedung Kesenian Rumentangsiang.“Kami sudah merintis Wayang Motekar sejak tahun 1997 yang merupakan bentuk eksperimentasi wayang bersama M. Taviv yang kemudian lebih dikenal dengan wayangnya Wayang Taviv atau wayang Kakufi (kayu, kulit dan fiber),” terang Herry Dim.

Wayang motekar cukul lama vakum karena kesibukan para personilnya. Hingga akhirnya lahir generasi ketiga pemain Wayang Motekar dan kembali melakukan berbagai eksperimen menyuguhkan wayang yang lebih kreatif baik dari segi pembuatan wayang, suguhan panggung maupun cerita.


Next
This is the current newest page
Previous
This is the oldest page

1 komentar:

Play Online Casino queen【Malaysia】 - CasinoKing Japan
Play your クイーンカジノ favourite online casino, You're ready to win the Jackpot! 우리카지노 쿠폰 and then gioco digitale you're ready to do so in any casino.

Balas

Disini Anda bebas bertanya maupun mengutarakan ide, gagasan, opini secara bebas yang tentu tidak termasuk dalam koridor Sara. Dilarang keras titip Link / URL hidup maupun berupa tulisan atau mempromosikan produknya. Ingat !! kebiasaan seperti itu akan membuat Anda semakin bodoh dan terpuruk.

Copyright © 2013. TauBanget.com - All Rights Reserved | Template Created by Kompi Ajaib Modifikasi by FileTekno